Suamiku membalas ciuman ku,dari keningku, ciumannya turun ke alis mataku yang hitam lebat teratur, ke hidung & sampai ke bibirku. Ciuman kami semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling berkait diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu. Tangan suamiku yang tadinya memeluk punggungku, mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke buah dadaku yang cukup besar. Coliku berkancing di depan dengan hanya 2 klip, mudah bagi tangan suamiku untuk membukanya tanpa harus melihat. Terlepas membuai bebaslah buah dadaku dilepaskan suamiku. Kedua bukit kembarku dengan puncaknya yang coklat kemerahan tersembul dengan sangat indah. Coliku dilempar ke lantai. Sementara itu, aku juga telah berhasil membuka zip seluar suamiku, melepaskan singletnya & kulondehkan juga seluar suamiku. Hanya tinggal seluar dalam masing-masing yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.
Suamiku lepaskan ciumannya dari bibirku, menjalar ke arah telingaku, lalu membisikkan kata-kata cinta padaku. Aku tersenyum & dia menatapku sambil berkata bahawa dia amat mencintaiku. Suamiku lanjutkan ciumannya ke leherku, turun ke dadaku, lalu dengan amat perlahan, dengan lidahnya, didakinya bukit indah itu sampai ke puncaknya. Kujilati & dikulum puting susuku yang sudah mengacung keras. Aku mulai mendesah dan meracau tidak jelas. Sempat dilihatnya mataku terpejam & bibirku yang merah indah itu sedikit merekah. Sungguh merangsang. Tangannya mengelus, meramas & mengentel putingku di puncak bukit satu lagi. Suamiku tidak ingin buru-buru, dia ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi dengan ciuman ke bibirku lagi, membuatku mulai berkeringat. Tanganku semakin liar mengacak-acak rambutnya, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya, yang membuat nafsuku semakin bergelora.
Dengan berbaring menyamping berhadapan, suamiku lurutkan seluar dalamku. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kulakukan kepadanya, membuat kemaluan suamiku yang sudah sedemikian kerasnya terpacak gagah. Suamiku belai kakiku sejauh tangannya bisa menjangkau, perlahan naik ke paha. Berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sekali-sekali seakan tidak sengaja menyentuh gundukan tundun berbuluku yang tidak terlalu lebat tapi terawat teratur. Sementara aku sudah tidak sabar, kubelai & kugenggam batang kote suamiku, kugerakkan tanganku maju mundur. Suamiku kenikmatan sekali. Walaupun hal itu sudah sering kulakukan dalam hubungan kami selama bernikah, tetapi kali ini rasanya lain. Fikiran & konsentrasiku tidak lagi terpecah.
Melalui paha
sebelah dalam, perlahan tangan suamiku naik ke atas, menuju ke lembah pantatku.
Begitu tersentuh, desahan nafasku semakin keras, & semakin memburu.
Perlahan suamiku belai rambut pantatku, lalu jari tengahnya mulai menguak ke
tengah. Aku dibelai & suamiku putar-putarkan tonjolan daging sebesar kacang
tanah itu yang sudah sangat licin dan basah. Tubuhku mulai menggelinjang,
pinggulku bergerak ke kiri-ke kanan, juga ke atas dan ke bawah. Keringatku semakin
deras keluar dari tubuhku yang wangi. Ciumanku semakin ganas, dan mulai
menggigit lidah suamiku yang masih berada dalam mulutku. Sementara tanganku semakin
ganas bermain di batang kote suamiku, ku lorot & kulancapkan dengan cepat.
Tubuhku mengejang dan melengkung, kemudian terhempas ke tempat tidur disertai
erangan panjang. Orgasme yang pertama telah berhasil suamiku persembahkan
untukku.
Ku peluk suamiku
dengan keras sambil berbisik,"Ohh, nikmat sekali. terima kasih
sayang." Suamiku tidak ingin istirahat berlama-lama. Ku ditindih tubuhnya, lalu dengan
perlahan aku diciuminya dari kening, ke bawah, ke bawah, dan terus ke bawah.
Deru nafasku kembali terdengar disertai rintihan panjang begitu lidah suamiku
mulai menguak kewanitaanku. Cairan pantatku ditambah dengan air liur suamiku
membuat lubang hangat itu semakin basah. Suamiku mainkan kelentitku dengan
lidah, sambil kedua tangannya membelai belai pantatku yang padat berisi.
Tanganku kembali mengacak-acak rambut suamiku, dan sesekali kuku aku yang tidak
terlalu panjang menancap di kepalanya. Ngilu tapi nikmat rasanya. Kepalaku terangkat
lalu terbanting kembali ke atas bantal menahan kenikmatan yang amat sangat.
Perutku terlihat naik turun dengan cepat, sementara kedua kakiku memeluk suamiku
dengan kuat.Beberapa saat kemudian, kutarik wajahnya, kemudian kukucupinya
dengan kemas. Suamiku menatap mataku dalam-dalam seperti meminta izin untuk
menunaikan tugasnya sebagai suami. Tanpa kata, tetapi sampai juga rupanya. Sambil
tersenyum sangat manis, ku anggukkan kepalaku.
Perlahan, dengan tangan suamiku arahkan batang kotenya menuju ke lurah pantatku. Suamiku gosok-gosok sedikit, kemudian dengan amat perlahan, suamiku menekan & mendorong masuk. Aku merintih keras, dan karena mungkin kesedapan, tanganku mendorong bahu suamiku sehingga tubuhnya terdorong ke bawah. Kupeluk dan kukucupi dia. Aku semakin liar, aku lalu menarik pinggul suamiku, sehingga posisi kami menjadi berbaring menyamping berhadapan, tetapi terbalik. Wajah suamiku berada di depan belahan pantatku, sementara aku dengan rakusnya telah melahap dan mengulum batang kote suamiku yang sudah sangat keras & kembang. Nikmat tiada tara. Tapi, suamiku kesulitan untuk melakukan jilatan terhadapku dalam posisi seperti ini. Jadi suamiku minta aku telentang di tempat tidur, suamiku naik ke atas tubuhku, tetap dalam posisi terbalik. Kami pernah beberapa kali melakukan hal yang sama dulu, tetapi rasa yang ditimbulkan jauh berbeza. Hampir roboh pertahanan suamiku menerima hisapan & kuluman lidahku yang hangat dan kasar itu. Apalagi bila aku memasukkan batang kotenya ke mulutku seperti akan menelannya, kemudian bergumam. Getaran pita suaraku seakan menggelitik hujung batang kote suamiku. Bukan main nikmatnya.
Karena hampir tidak tertahankan lagi, suamiku segera mengubah posisi. Muka kami berhadapan, kembali ditatapi mataku yang sangat indah itu. Dibisikkan bahwa dia sangat menyayangiku, dan suamiku juga bertanya apakah kira-kira aku akan tahan kali ini. Setelah mengucupi bibirnya dengan kemas, aku memintanya untuk melakukannya perlahan lahan. Suamiku tuntun batang kotenya menuju pantatku. Suamiku ku tahu di mana kira-kira letak liang senggamaku. Suamiku menciumiku, sambil turunkan pinggulnya pelan-pelan. Aku merintih tertahan, tapi kali ini tanganku tidak lagi mendorong bahunya. Suamiku mengangkatkan lagi pinggulnya sedikit, sambil bertanya apakah terasa . Dengan isyarat gelengan kepala, suamiku tahu bahwa aku juga sangat menginginkannya. Setelah memintaku untuk menahan sedikit, dengan perlahan tapi pasti suamiku tekan pinggulnya, dimasukkan batang kotenya itu sedikit demi sedikit. Kepalaku terangkat ke atas menahan nikmat. Kemudian dengan sedikit tekanan,suamiku dorong batangnya dengan kuat. Aku mengerang keras sambil menggigit kuat bahunya. Kelak, bekas gigitan itu baru hilang setelah beberapa hari. Akhirnya, seluruh batang kote suamiku berhasil masuk ke dalam lubang pantatku yg dia cintai. Suamiku bangga dan bahagia telah berhasil melakukan tugasnya. Aku dikucupnya dengan mesra, dan aku juga merasa sangat bahagia.
Perlahan lahan suamiku tarik batang kotenya keluar, ditekan lagi, ditarik lagi, begitu terus berulang-ulang. Setiap ditekan masuk, aku mendesah, dan kali ini, aku sudah mulai mendapat kenikmatan. Permukaan lembut dan hangat dalam liang pantatku seperti membelai dan mengurut batang kote suamiku. Rasa nikmat tiada tara, yang kurasakan. Butir-butir keringat mulai membasahi tubuh telanjang kami berdua. Nafsu berahi yang telah tertahan terpuaskan lepas saat ini. Kepalaku mulai membanting ke kiri dan ke kanan, diiringi rintihan dan desahan yang membuat nafsu suamiku semakin bergelora. Tanganku memeluk erat tubuhnya, sambil sesekali jari jariku mengenggam punggungnya. Desakan demi desakan tidak tertahankan lagi, dan sambil mendayungkanku, sorong tarik lubang pantatku dalam-dalam, suamiku semburkan benih sperma sebanyak-banyaknya ke dalam rahimku. Suamiku kalah kali ini.
Aku peluk dan kuciumi wajahnya yang basah oleh keringat, sambil berucap terima kasih. Matanya yang bening indah menatapku bahagia, dan sambil tersenyum dia berkata, "sama-sama." Dititipkan padaku untuk menjaga baik-baik anak kami, bila benih itu tumbuh nanti.Malam itu kami hampir tidak tidur. Setelah beristirahat beberapa ketika, kami melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang pasti, aku berhasil memdapatkan klimaks, bahkan lebih dari satu kali. Suamiku yang sudah kehilangan banyak sperma, menjadi sangat kuat dan tahan lama, sehingga akhirnya aku menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat.Saat kini, kami telah memiliki 4 orang anak yang lucu-lucu. Tapi ghairah dan nafsu seperti tidak pernah padam. Dalam usia kami yang mendekati 40 tahun, kami masih sanggup melakukannya 2-3 kali seminggu, bahkan tidak jarang, lebih dari satu kali dalam semalam.Nafsu yang didasari oleh cinta, memang tidak pernah padam. Aku sangat mencintai dia, begitu juga yang suamiku rasakan terhadapku.
Perlahan, dengan tangan suamiku arahkan batang kotenya menuju ke lurah pantatku. Suamiku gosok-gosok sedikit, kemudian dengan amat perlahan, suamiku menekan & mendorong masuk. Aku merintih keras, dan karena mungkin kesedapan, tanganku mendorong bahu suamiku sehingga tubuhnya terdorong ke bawah. Kupeluk dan kukucupi dia. Aku semakin liar, aku lalu menarik pinggul suamiku, sehingga posisi kami menjadi berbaring menyamping berhadapan, tetapi terbalik. Wajah suamiku berada di depan belahan pantatku, sementara aku dengan rakusnya telah melahap dan mengulum batang kote suamiku yang sudah sangat keras & kembang. Nikmat tiada tara. Tapi, suamiku kesulitan untuk melakukan jilatan terhadapku dalam posisi seperti ini. Jadi suamiku minta aku telentang di tempat tidur, suamiku naik ke atas tubuhku, tetap dalam posisi terbalik. Kami pernah beberapa kali melakukan hal yang sama dulu, tetapi rasa yang ditimbulkan jauh berbeza. Hampir roboh pertahanan suamiku menerima hisapan & kuluman lidahku yang hangat dan kasar itu. Apalagi bila aku memasukkan batang kotenya ke mulutku seperti akan menelannya, kemudian bergumam. Getaran pita suaraku seakan menggelitik hujung batang kote suamiku. Bukan main nikmatnya.
Karena hampir tidak tertahankan lagi, suamiku segera mengubah posisi. Muka kami berhadapan, kembali ditatapi mataku yang sangat indah itu. Dibisikkan bahwa dia sangat menyayangiku, dan suamiku juga bertanya apakah kira-kira aku akan tahan kali ini. Setelah mengucupi bibirnya dengan kemas, aku memintanya untuk melakukannya perlahan lahan. Suamiku tuntun batang kotenya menuju pantatku. Suamiku ku tahu di mana kira-kira letak liang senggamaku. Suamiku menciumiku, sambil turunkan pinggulnya pelan-pelan. Aku merintih tertahan, tapi kali ini tanganku tidak lagi mendorong bahunya. Suamiku mengangkatkan lagi pinggulnya sedikit, sambil bertanya apakah terasa . Dengan isyarat gelengan kepala, suamiku tahu bahwa aku juga sangat menginginkannya. Setelah memintaku untuk menahan sedikit, dengan perlahan tapi pasti suamiku tekan pinggulnya, dimasukkan batang kotenya itu sedikit demi sedikit. Kepalaku terangkat ke atas menahan nikmat. Kemudian dengan sedikit tekanan,suamiku dorong batangnya dengan kuat. Aku mengerang keras sambil menggigit kuat bahunya. Kelak, bekas gigitan itu baru hilang setelah beberapa hari. Akhirnya, seluruh batang kote suamiku berhasil masuk ke dalam lubang pantatku yg dia cintai. Suamiku bangga dan bahagia telah berhasil melakukan tugasnya. Aku dikucupnya dengan mesra, dan aku juga merasa sangat bahagia.
Perlahan lahan suamiku tarik batang kotenya keluar, ditekan lagi, ditarik lagi, begitu terus berulang-ulang. Setiap ditekan masuk, aku mendesah, dan kali ini, aku sudah mulai mendapat kenikmatan. Permukaan lembut dan hangat dalam liang pantatku seperti membelai dan mengurut batang kote suamiku. Rasa nikmat tiada tara, yang kurasakan. Butir-butir keringat mulai membasahi tubuh telanjang kami berdua. Nafsu berahi yang telah tertahan terpuaskan lepas saat ini. Kepalaku mulai membanting ke kiri dan ke kanan, diiringi rintihan dan desahan yang membuat nafsu suamiku semakin bergelora. Tanganku memeluk erat tubuhnya, sambil sesekali jari jariku mengenggam punggungnya. Desakan demi desakan tidak tertahankan lagi, dan sambil mendayungkanku, sorong tarik lubang pantatku dalam-dalam, suamiku semburkan benih sperma sebanyak-banyaknya ke dalam rahimku. Suamiku kalah kali ini.
Aku peluk dan kuciumi wajahnya yang basah oleh keringat, sambil berucap terima kasih. Matanya yang bening indah menatapku bahagia, dan sambil tersenyum dia berkata, "sama-sama." Dititipkan padaku untuk menjaga baik-baik anak kami, bila benih itu tumbuh nanti.Malam itu kami hampir tidak tidur. Setelah beristirahat beberapa ketika, kami melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang pasti, aku berhasil memdapatkan klimaks, bahkan lebih dari satu kali. Suamiku yang sudah kehilangan banyak sperma, menjadi sangat kuat dan tahan lama, sehingga akhirnya aku menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat.Saat kini, kami telah memiliki 4 orang anak yang lucu-lucu. Tapi ghairah dan nafsu seperti tidak pernah padam. Dalam usia kami yang mendekati 40 tahun, kami masih sanggup melakukannya 2-3 kali seminggu, bahkan tidak jarang, lebih dari satu kali dalam semalam.Nafsu yang didasari oleh cinta, memang tidak pernah padam. Aku sangat mencintai dia, begitu juga yang suamiku rasakan terhadapku.